Cegah Malnutrisi dengan Kelor


CEGAH MALNUTRISI DENGAN KELOR
Description: C:\Users\Acer D270\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\20151216_143353-1.jpg


                                               
Melkianus Ndara Bengo
Staf Instruktur Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang


            Hampir setiap orang Indonesia pasti sudah pernah mendengar kata “ Daun Kelor”. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “ Dunia ini tidak selebar daun kelor”. Pepatah ini sangat dikenal luas dalam kehidupan kita; merupakan petuah yang sering diucapkan kepada orang yang hilang harapan atau putus asa. Pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup, bahkan ada yang tumbuh sendiri dengan suburnya di batu karang sekalipun seperti di Kota Kupang. Orang dahulu percaya bahwa daun kelor (dalam bahasa daerah NTT daun marungga) mempunyai kekuatan magis untuk menghalau kekuatan mistik atau magis yang dikirim ke rumahnya. Maka tidak heran jika pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup disekitar rumah. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, berhasil diteliti bahwa ternyata didalam daun-daun kecil kelor terkandung unsur gizi yang “ tidak masuk akal “ yang dapat memperkuat tubuh manusia dan mencegah berbagai penyakit termasuk masalah gizi (malnutrisi).
            Jonni M.S (2008) mengatakan bahwa unsur gizi yang terkandung dalam daun kelor dalam setiap 100 gramnya mengandung vitamin 7 kali lebih banyak dari 100 gram buah jeruk, vitamin A 4 kali lebih banyak dari 100 gram wortel, kalsium 4 kali lebih banyak dalam segelas susu, kalium 3 kali lebih banyak dalam 100 gram pisang, protein 2 kali lebih banyak dari yogurt dan sebutir telur. Semua unsur gizi yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral semuanya terkandung dalam daun kelor. Tidak hanya itu, asam amino yang penting (esensial) terkandung dalam daun dalam bahasa Latinnya disebut Moringa oleifera ini.
            Sementara temuan kasus kekurangan gizi anak Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur menjadi suatu fenomena yang tiada hentinya. Setiap tahun masalah ini menjadi sorotan tajam sekaligus memilukan diberbagai media massa Indonesia, cetak maupun elektronik. Secara nasional melalui Riskesdas 2013 anak yang mengalami masalah gizi sebesar 19,6%, sementara provinsi NTT yang dilaporkan melalui Harian Kompas edisi 23 Juni 2015 tercatat sebanyak 1.918 anak menderita gizi buruk dan 11 diantaranya meninggal dunia dan 21. 134 anak masih mengalami gizi kurang.
            Kasus kekurangan gizi dapat terjadi karena kekurangan pasokan unsur gizi yang dibutuhkan oleh sel tubuh manusia, dan biasanya terjadi akibat kekurangan pasokan protein, kalori, vitamin dan mineral yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Hasil riset ilmiah modern membuktikan bahwa daun kelor (marungga) adalah satu salah sumber pangan nabati yang kaya akan kandungan zat gizi. Anak-anak yang kebutuhan gizi dalam makanannya tidak tercukupi dapat diatasi dengan menambahkan daun kelor ke dalam makanannya. Konsentrasi protein, mineral, berbagai macam vitamin dan asam amino yang tinggi pada daun kelor menjadikan anak yang kekurangan gizi dapat memperoleh kebutuhan gizi yang ideal.
            Church World Services (CWS) dalam Jonni M.S (2008) suatu lembaga yang mensponsori penelitian mengenai pohon kelor secara intensif, telah merekomendasikan penggunaan daun kelor kering yang telah dilumatkan (berbentuk tepung) sebagai nutrisi tambahan pada anak-anak dengan cara menambahkan satu sendok atau lebih daun kelor kering yang telah dihaluskan ke dalam makanan anak usia 6 bulan sebelum disajikan. Anak-anak usia 1-3 tahun yang membutuhkan protein 25 gram setiap hari, dengan mengonsumsi 100 gram daun kelor segar setiap hari, maka kebutuhan protein hariannya akan terpenuhi 27,2% (6,8 g) atau dengan mengonsumsi satu sendok sup daun kelor kering halus (sekitar 8 gram) yang ditambahkan kedalam makanannya, maka kebutuhan protein hariannya akan terpenuhi 8,8% (2,2 gram). Untuk melengkapi kekurangan dari asupan protein kelor dapat diperoleh dari lauk hewani, sayur dan buah. Sementara kandungan karbohidrat setiap 100 gram daun kelor segar mengandung 13,4 gram, hal ini jika dibandingkan dengan kebutuhan karbohidrat anak usia 1-3 tahun menurut rekomendasi dari angka kecukupan gizi sebesar 1.220 kilo kalori per hari. Dengan mengonsumsi 100 gram daun kelor segar sudah 13,4 gram terpenuhi, sebagian besarnya didapatkan dari nasi, sayur lainnya dan buah. Kebutuhan vitamin A bagi anak usia 1-3 tahun 2,4 mg setiap harinya bisa didapatkan dari daun kelor yang dimana setiap 100 gram daun segarnya mengandung 6, 8 mg. Ini berarti dengan mengonsumsi 100 gram daun kelor segar setiap hari, kebutuhan vitamin A anak-anak sudah tercukupi bahkan melebihi dari angka yang dianjurkan angka kecukupan gizi Indonesia.
            Melihat fenomena kekurangan gizi anak-anak NTT diatas, sementara tanaman kelor tumbuh subur menghiasi seluruh kabupaten di NTT, mengonsumsi daun kelor adalah jalan alternatif yang sangat mudah dan murah meriah dalam mengatasi masalah kekurangan gizi anak-anak NTT. Dengan mengonsumsi daun kelor setiap hari, anak-anak sudah memenuhi separuh bahkan melebihi kebutuhan gizinya. Masalah gizi buruk selalu dikaitkan dengan kekurangan pasokan makanan dalam rumah. Hal ini jangan lagi menjadi alasan, karena daun kelor ada didalam kebun, disamping rumah, dijalan yang mudah didapat dan tentunya gratis karena berasal dari kebun sendiri. Jadikan mengonsumsi kelor sebagai kebiasaan yang terjadi setiap hari di dalam rumah tangga, karena kelor benar-benar pohon ajaib yang siap memenuhi kebutuhan zat gizi keluarga setiap hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Stunting

Unsur Budaya Dalam Gizi Lahan Kering Kepulauan di NTT